• Masjid Baiturachim berada di kawasan Jl. Pamularsih, Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Daerah Istimewa Yogyakarta 55251. Dirintis sejak tahun 1988, dan mulai dibangun pada tahun 1991.
Sabtu, 14 September 2024

PENGHUNI SAQAR MENURUT SURAT AL-MUDATSIR

Bagikan
0
(0)

Jika orang-orang kafir di atas (sambungan materi pekan lalu,https://masjidbaiturachim40an.com/tausiyah/dakwah-dalam-surat-al-mudatsir-bagian-1/) harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya, maka Allah akan memberi keleluasaan bagi orang-orang yang mengimani dakwah Rasulullah Saw.

“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Kecuali golongan kanan”. (QS. Al-Mudatsir [74]: 38-39)

Bahkan mereka bisa menanyakan kondisi orang-orang yang diazab Allah. Hal demikian akan semakin membuat mereka bersyukur. Betapa beruntungnya orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Simaklah saat mereka bertanya kepada para penghuni neraka Saqar“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab: ‘Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. Dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin. Dan kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya. Dan adalah kami mendustakan hari pembalasan. Hingga datang kepada kami kematian.’ Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa’at dari orang-orang yang memberikan syafa’at.’” (QS. Al-Mudatsir [74]: 42-48)

NGOPI, Ngaji Perkara Islam tanggal 2 Juni 2024 dengan Kopi Malabar Black Tea produk Fugol Roastery

Hal di atas bisa kita ambil pelajaran. Bahwa para penghuni Saqar tersebut setidaknya memiliki empat kesalahan fatal.

Pertama, tidak mengerjakan shalat. Merupakan simbol keenganan untuk menundukan hati kepada Allah. Sebuah simbol keangkuhan. Simbol kesombongan yang sangat dimurkai oleh Allah, karena kebesaran hanya milik-Nya.

Kedua, tidak menunaikan zakat dan tidak menyayangi fakir miskin. Ini merupakan simbol kejahatan sosial. Menjadi sebuah akumulasi keburukan, setelah tak mampu menundukan kepala kepada Allah karena memusuhi fakir miskin dan kaum lemah berarti memusuhi Allah, Sang Pengasih yang sangat menyayangi mereka.

Ketiga, selalu membicarakan dan menggunjingkan kebatilan. Jika membicarakan sebuah kebatilan saja sudah dicela, apalagi kebatilan itu kemudian dipergunjingkan, disebarluaskan, dibisniskan. Maka merugi dan celakalah mereka yang mengambil keungtungan dibalik pergunjingan kebatilan ini.

Keempat, mengingkari adanya Hari Pembalasan. Jika Hari Pembalasan diingkari, maka orang-orang zhalim itu semakin menjadi–jadi. Tak ada lagi yang mereka takuti. Jika sangkaan mereka dibenarkan, maka berapa banyak orang-orang terzhalimi dan tertindas tak terlindungi. Lantas siapa yang akan membalas mereka? Kaum tertindas yang dijanjikan kemenangan dan pertolongan. Jika tak di dunia, mereka sangat mengharapkannya di akhirat. Sementara orang-orang zhalim itu ditangguhkan oleh Allah sampai datangnya Hari Pembalasan.

Di samping itu, hal ini menjadi dalil dan bukti bahwa ada dialog dan perbincangan yang terjadi pada penghuni surga dan neraka. Jika di surat ini penghuni surga menanyai penghuni neraka. Maka dalam surat lain para penghuni neraka meminta belas kasihan para penghuni surga yang sarat dengan berbagai kenikmatan.

“Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan), “Sesunguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami janjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?’ Mereka (penduduk neraka) menjawab, ‘Betul.’ Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumunkan di antara kedua golongan itu, ‘Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zhalim.’” (QS. Al-A’raf: 44)

KETERLAMBATAN

Sangat aneh. Peringatan yang demikian jelas seperti di atas justru didustakan. “Maka mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan (Allah).” (QS. Al-Mudatsir [74]: 49). Padahal jika mereka mau menggunakan akalnya mereka takakan melakukan kebodohan itu. Karena hal tersebut hanya akan mendatangkan penyesalan kelak.

Kita telaah sejenak penggambaran Allah tentang kedunguan mereka,“Seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut. Lari dari pada singa.” (QS. Al-Mudatsir [74]: 50-51). Bukankah keledai adalah perumpamaan yang menghinakan? Binatang yang dungu, namun itu lebih baik karena ia tak memiliki akal untuk berpikir. Sementara orang-orang kafir itu diberi akal oleh Allah, tapi mereka tak mau menggunakannya. Jadi mereka lebih buruk dari keledai.

Peringatan yang diberikan Allah seharusnya mereka terima dengan lapang dada dan terbuka. Karena peringatan itu membuat dan menstimulus mereka untuk memperbaiki kualitas hidup dengan penghambaan yang benar kepada Allah. Tapi justru mereka lari menghindar, seperti menghindarnya keledai dari kejaran singa. Jika keledai tak mampu lari dari kejaran singa. Sanggupkah mereka lari dari takdir Allah? Menghindari keputusan dan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah? Atau dapakah mereka bersembunyi dari siksaan Allah yang telah menunggu mereka setelah Hari Perhitungan? Tak-akan ada yang bisa melarikan diri dari keputusan Allah!

SEBAIK-BAIK PERINGATAN

“….Sesunguhnya al-Qur’an itu adalah peringatan. Maka barang siapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran daripadanya (Al-Qur’an). Dan mereka tidak akan mengambil pelajaran daripadanya kecuali (jika) Allah menghendakinya. Dia (Allah) adalah Tuhan yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan berhak memberi ampun.” (QS. Al-Mudatsir [74]: 54-56)

Al-Qur’an yang dibawa Rasulullah Saw merupakan pengingat terutama bagi mereka yang mau membacanya dan mau berusaha memahaminya serta menginginkan kebaikan darinya. MAUT atau KEMATIAN adalah sebaik-baik peringatan. Beruntunglah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah serta dimudahkan untuk berinteraksi dan memahami al-Qur’an dengan baik.

Karena al-Qur’an adalah pedoman langgeng serta aturan yang berlaku untuk manusia dimana saja, sepanjang masa. Ia merupakan salah satu mukjizat terbesar Nabi Muhammad saw. Dan hingga sekarang kemurnian al-Qur’an masih tetap terjaga, berbeda dengan kitab-kitab suci lainnya. Hal ini dikarenakan Allah menjaganya dari segala macam perubahan, penggantian, dan pengurangan isinya . Sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad saw, al-Qur’an memiliki berbagai karakteristik yang mampu menunjukkan keagungannya. Di antaranya al-Qur’an sebagai kitab ilahy (wahyu dari Allah), kitab yang dijaga Allah, Mukjizat, jelas dan mudah dipahami, kitab agama yang integral (mencakup berbagai aspek kehidupan), kitab yang berlaku untuk sepanjang masa, dan kitab yang memiliki muatan humanisme.

Dan barang siapa yang mau berpegang teguh pada al-Qur’an maka ia akan lapang dalam menjalani hidup yang sarat dengan berbagai macam rintangan. Apalagi jika seorang nabi atau dai. Maka kedekatannya dengan Al-Qur’an menjadi spirit tersendiri yang akan menjadi ruh dan motivasi dakwahnya. 

Bacalah al-Quran setiap hari 1 Juz,

Kalau tidak mampu, bacalah separuh Juz,
Kalau tidak mampu, bacalah sekedar satu halaman,
Kalau tidak mampu, berusahalah dengan satu ayat,

Kalau tidak mampu juga, cukuplah hanya dengan memandang Al-Quran dan bertanyalah kepada diri sendiri:

“Ya Allah, apakah dosaku sehingga aku tidak dapat membaca ayat-Mu?”

Wallâhu al-Musta’ân.

*)Taujih Dr. Saiful Bahri, MA (2014), disampaikan dalam Ngaji Ahad Malam Masjid Baiturachim oleh Arif Sulfiantono tanggal 2 Juni 2024, https://masjidbaiturachim40an.com/event/ngopi-ngobrol-seputar-islam/

Seberapa bermanfaat postingan ini?

Klik bintang untuk menilainya!

Penilaian rata-rata 0 / 5. Jumlah suara: 0

Tidak ada suara sejauh ini! Jadilah yang pertama untuk menilai posting ini.

Karena Anda menemukan posting ini bermanfaat ...

Ikuti kami di media sosial!

Kami mohon maaf bahwa posting ini tidak berguna untuk Anda!

Mari kita tingkatkan postingan ini!

Beri tahu kami bagaimana kami dapat meningkatkan postingan ini?

SebelumnyaDAKWAH DALAM SURAT AL-MUDATSIR*) (bagian 1)
Status LokasiWakaf
Tahun Berdiri1988