WISATA TAUHID: BAITURACHIM DI ABI III
Setelah Ulama-ulama yang tergabung pada Gerakan Nasional Pembela Fatwa MUI (GNPFMUI) berkoordinasi dengan Kapolri untuk pelaksanaan Aksi Bela Islam (ABI) III, semakin banyak lagi yang ikut ke Monas. Salah satu diantaranya adalah perwakilan dari Takmir Masjid Baiturachim. Walaupun seandainya Kapolri tetap melarang perusahaan otobus untuk mengangkut peserta ABI III tapi yakin tetap banyak ummat Muslim yang hadir. Karena ini adalah Ikatan Tauhid.
Dua hari jelang ABI III salah satu Takmir Masjid Baiturachim memperoleh pesan WhatsApp dari anggota ‘penegak hukum negeri di WB’ yang menanyakan tentang siapa saja yang berangkat ke ABI III di Monas, Jakarta. Hal yang aneh, padahal baru sekali bertemu, itupun setahun yang lalu, tiba-tiba menanyakan peserta ABI III. Katanya ada perintah dari Pusat untuk pengumpulan data.
Ternyata salah seorang jamaah masjid tetangga ‘Masjid Kalimosodo’ juga mengalami nasib serupa. Didatangi anggota penegak hukum ke rumahnya, tidak saja dilakukan pendataan, tapi dirayu agar tidak ikut ABI III. Sampai sejauh ini yang ‘mereka’ lakukan.
Sehari jelang ABI III, diputuskan beberapa Takmir Masjid Baiturachim akan ikut ABI III di Monas dengan bawa kendaraan sendiri. Perjalanan ke Barat tidak hanya mengikuti ABI III yang fokus pada #PenjarakanAhok = #PenistaAgama, tapi juga akan survei ke Pondok Pesantren Daarut Tauhid, Bandung. Belajar pada perang Tabuk yang Allah SWT mewajibkan kaum mukminin untuk berangkat baik dalam keadaan semangat, terpaksa, sulit, maupun mudah.
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. At-Taubah [9]: 41)
Alhamdulillah pertolongan Allah SWT begitu nyata, beberapa jam jelang keberangkatan ada seorang hamba Allah SWT titip donasi untuk kafilah ABI III. Hari Kamis pukul 14.45, rombongan takmir Baiturachim sejumlah 4 orang berangkat menuju Jakarta. Kami sempatkan singgah di Purworejo untuk checking perkembangan renovasi masjid yang diurus beberapa takmir Baiturachim juga.
Makan malam kami putuskan di Restoran Pringsewu, Sumpiuh, karena Manajernya meminta kami untuk makan di Pringsewu. Gratis untuk kafilah Baiturachim di ABI III. Subhanallah, semua ingin ambil bagian demi wibawa Islam.
Perjalanan kami melalui jalur tengah, yang lanjut ke tol Cipali. Sepanjang perjalanan kami dapat info dari beberapa grup WhatsApp adanya pencegatan rombongan peserta ABI III di jalur Pantura. Baik bus maupun kendaraan pribadi juga dicegat untuk dilakukan pendataan. Bahkan kami sempat menyaksikan raziat polisi terhadap beberapa Bus di daerah Prupuk, dekat Brebes.
Tapi kami juga memperoleh berita bagus. Diantaranya adalah informasi dari beberapa teman yang menggunakan pesawat mayoritas penumpangnya adalah peserta ABI III. Salah satunya pesawat yang dinaiki perwakilan dari Masjid Kalimosodo yang akhirnya bergabung dengan Baiturachim selama ABI III. Allahu Akbar!
Hati dan perasaan campur aduk -bahagia, trenyuh, dll- saat menyaksikan antusiasme peserta ABI III di sepanjang perjalanan menuju Monas. 5-6 Km sebelum Monas banyak warga maupun perwakilan Ormas membagi minuman dan makanan untuk peserta ABI III di pinggir-pinggir jalan. Bahkan anak-anak TPA juga turut ambil bagian.
Kami hanya dapat sampai di kawasan sekitar Tugu Tani (daerah Kramat), 1-2 Km dari Monas, karena padatnya peserta. Kami perkirakan jumlah sekitar 2-3 kali lipat ABI II pada awal November lalu. Jelang sholat Jumat turun hujan cukup lebat. Untung kami membawa beberapa mantrol/jas hujan. Sisanya kami bagikan ke peserta lain yang tidak bawa. Masih banyak yang berbasah menikmati rahmat Allah berupa hujan.
Kami semua sepakat ini Sholat Jumat terindah-paling khusyuk- dan tidak akan terlupakan sepanjang sejarah. Sholat Jumat dibawah guyuran hujan, bersama jutaan saudara seAqidah, yang punya satu misi bersama demi tegakknya Islam yang berwibawa. Menangis saat sholat? Tentu, karena peristiwa ini juga mengingatkan akan sholat jamaah Jumat terbesar yang digelar Muhammad Al Fatih jelang penaklukan Konstatinopel.
Begitu selesai sholat Jumat dan doa bersama kami-pun langsung kembali melanjutkan perjalanan ke pesantrennya Aa’ Gym di Bandung. Alhamdulillah kami dapat melaksanakan sholat isya berjamaah di masjdi Daarut Tauhid dengan imam yang bacaannya sangat merdu dan menggetarkan hati. Sejenak rasa lelah menghilang.
Sekitar pukul 22.00 kami mulai meninggalkan eco-pesantren Aa’ Gym yang jaraknya sekitar 6 Km dari Daarut Tauhid. Dalam perjalanan pulang ke Jogja, kami sepakat bahwa ini sebuah Wisata Tauhid yang tidak akan terlupakan. Sengaja kami abadikan dalam dokumentasi foto dan tulisan untuk warisan anak-cucu dan cerita ke adik-adik TPA Baiturachim, bahwa tanggal 2 Desember 2016 berkumpulnya 7 juta muslim Indonesia dari berbagai wilayah karena ikatan Tauhid, dan memilih berada pada jalan penolong agama Allah SWT.
“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.” (QS. As-Shaff [61]: 14).
*) Ketua RISMA Baiturachim periode 1999 – 2001, peserta ABI III 212