Urgensi Tarbiyah Jasadiyah
URGENSI TARBIYAH JASADIYAH*)
1. Badan sehat, sehingga kuat melaksanakan ibadah
2. Kuat, sehingga mampu amar ma’ruf nahi munkar
Rasulullah Saw. bersabda, “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah Swt. daripada orang mukmin yang lemah. Pada masing-masing memang terdapat kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah.’” (HR. Muslim, Ibnu Majah dan Imam Ahmad)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri rodhiallohu ‘anhu dia berkata: Aku mendengar Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
3. Berjihad di jalan Allah
–Kemuliaah berjihad
“Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa halangan). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar.” (QS. An-Nisa : 95)
– Izin dalam berjihad
QS. At-Taubah 41-52, Ali Imron: 156
– Bani Israil berpaling dari berjihad
QS. Al-Baqoroh : 246
– Persiapan
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS Al-Anfal: 60)
– Ada yg tidak berperang, memperdalam agama
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah: 122)
Al Qur’an memperhatikan dan menekankan di beberapa ayat akan pentingnya membentuk jasmani yang kuat, sebagaimana firman Allah SWT, artinya,
“Karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat fisiknya lagi dapat dipercaya.” (QS. Al Qashash: 26).
Senada dengan ayat di atas, terdapat pula ayat di mana Allah SWT menjelaskan tentang Thalut penguasa Bani Israil, yaitu firman Allah SWT, artinya,
“…(Nabi mereka) berkata, “Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” (QS. Al Baqarah: 247).
Rasulullah Saw juga telah menekankan urgensi kekuatan bagi seorang mukmin dengan segala maknanya, sebagaimana sabda beliau,
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah.” (HR. Muslim).
Ada beragam cara untuk membina jasmani yang sehat dan kuat. Baik berupa permainan maupun olahraga. Di antaranya adalah seperti yang pernah dilakukan atau diperintahkan oleh Rasulullah Saw, antara lain:
1. Memanah
Uqbah bin Amir Ra selalu ingin latihan memanah padahal beliau telah lanjut usia, sehingga pernah ada yang mengatakan kepadanya, “Anda mengerjakan itu padahal Anda telah lanjut usia dan itu memberatkan Anda.” Beliau menjawab, “Kalau bukan karena sabda Rasulullah Saw, aku tidak akan mengerjakannya lagi. Rasulullah Saw bersabda,
“Barangsiapa yang tahu memanah kemudian meninggalkannya, maka ia bukan golongan kami—atau beliau bersabda, “Maka ia telah berbuat maksiat.” (HR. Muslim).
Disebutkan dalam sebuah hadits shahih bahwa Ismail ‘As adalah seorang pemanah. Demikian pula dengan nabi kita Muhammad Saw juga adalah seorang pemanah ulung.
Uqbah Ra berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda—saat itu beliau berada di atas mimbar,
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. Ketahuilah, kekuatan itu adalah dengan melempar—beliau mengucapkannya tiga kali).” (HR. Muslim).
Melempar dalam hadits ini bisa bermakna memanah, menombak, dan menembak dengan berbagai jenis senjata.
2. Bermain Tombak
Aisyah—Ra—berkata, “Aku melihat Rasulullah Saw berdiri di depan pintu kamarku, sedangkan utusan Habasyah (Etiopia) mengadakan permainan dengan tombak mereka di masjid…..” (HR. Bukhari dan Muslim).
Al Hafidz Ibnu Hajar berkata, “Bermain tombak, bukan hanya sekadar permainan belaka. Namun di dalamnya ada unsur melatih keberanian untuk berperang dan persiapan menghadapi musuh.” (Fathul Bari, 1/549).
Saat sekarang, ada berbagai jenis senjata yang dapat digunakan untuk berlatih, di antaranya adalah pedang, golok, toya, double stick, dan sebagainya. Seorang Muslim dituntut mampu menggunakan setidaknya salah satu dari berbagai jenis senjata yang ada.
Rasulullah Saw mempunyai pasukan tangguh yang berasal dari Muhajirin dan Anshar. Beliau memiliki bala tentara yang terkenal, seperti Zubair bin Awwam, Abu Ubaidah Al Jarrah, Khalid bin Walid, Abdullah bin Rawahah dan banyak lagi selain mereka—ridhwanullahi ‘alihim ajma’in. Untuk bisa seperti mereka, tidak ada upaya yang bisa mengantarkannya kecuali latihan yang serius.
3. Adu Kekuatan (Gulat/Sparing)
Dalam sirahnya, Ibnu Ishaq menyebutkan bahwa ada seorang yang berbadan kuat di kota Makkah bernama Rukanah. Manusia banyak yang mendatanginya untuk bergulat. Suatu hari, Rasulullah Saw berada di dataran yang luas, lalu datang Rukanah menghadap beliau dengan membawa anak-anak kambingnya. Rasulullah Saw berkata kepadanya, “Wahai Rukanah, bertakwalah kepada Allah, apakah kamu tidak mau menyambut dakwahku?” Rukanah balik bertanya, “Apakah ada bukti untuk kejujuranmu?” Rasulullah Saw menjawab, “Iya. Bagaimana menurutmu jika aku bisa mengalahkanmu dalam gulat, apakah kamu mau beriman kepada Allah dan Rasul-Nya?” “Iya. Mari kita bergulat,” jawab Rukanah. Rasulullah Saw kemudian mengambil kuda-kuda untuk mulai bergulat. Beliau bergulat dengan sigap hingga membuat Rukanah terheran-heran dan Rasulullah Saw dapat mengalahkannya dalam waktu singkat. Rukanah meminta diulang hingga tiga kali. Namun Rasulullah Saw tetap memenangkan gulat tersebut hingga Rukanah bersedia menyatakan masuk Islam.
Bayangkan, jika seorang non Muslim menantang Anda bergulat atau jenis adu kekuatan lainnya dengan taruhan, jika kalah dia akan masuk Islam, siapkah Anda memanfaatkan peluang ini? Ternyata, fisik yang kuat pun bisa menjadi penunjang dakwah seorang dai.
4. Renang
Rasulullah Saw bersabda,
”Segala sesuatu yang di dalamnya tidak mengandung dzikrullah merupakan perbuatan sia-sia, senda gurau, dan permainan, kecuali empat (perkara), yaitu senda gurau suami dengan istrinya, melatih kuda, berlatih memanah, dan mengajarkan renang.”(HR. An-Nasai, lihat Silsilah shahih : 309).
Umar bin Khatthab Ra berkata, “Ajarilah anak-anak kalian berenang, memanah, dan perintahkanlah mereka untuk melompat ke atas kuda.”
Tidak ada jenis olahraga yang dapat menguatkan tulang, melenturkan urat saraf dan menambahkan ketangkasan seperti olahraga renang. Berenang melibatkan semua otot di seluruh bagian tubuh. Semua organ vital, seperti jantung dan paru-paru ikut terlatih. Ini sangat menyehatkan dan membuat tubuh bertambah bugar. Daya tahan tubuh pun meningkat. Renang membuat otot dada dan paru-paru mengembang yang membuat kapasitasnya makin besar. Berenang sangat efektif membakar lemak. Berdasarkan penelitian, sekitar 25% kalori bisa terbakar dengan berenang.
5. Menunggang Kuda
Dulu, mengunggang kuda adalah salah satu penopang peperangan yang dapat mengantarkan kemenangan, sehingga dengan urgensi tersebut, Islam menyebutkannya dalam al Qur’an dan sunnah panglima perang generasi pertama—Rasulullah Saw. Firman Allah SWT, artinya,
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang.” (QS. Al Anfal: 60).
Sabda Rasulullah Saw, “Memanahlah dan paculah kuda.” (HR. Muslim).
Para sahabat Rasulullah Saw adalah adalah orang-orang yang paling sempurna dan lihai menunggang kuda. Mereka membuka hati dengan hujjah dan petunjuk. Menaklukkan negara dengan pedang dan senjata. Kelihaian menunggang kuda pada zaman modern sekarang ini, bisa diqiyaskan dengan kemampuan mengendarai berbagai jenis kendaraan.
APA YANG TELAH KITA SIAPKAN?
Allah SWT berfirman, artinya,
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.” (QS. Al Anfal: 60).
Rasulullah Saw dalam sebuah sabdanya telah mengingatkan,
“Barang siapa yang mati dan belum pernah berjihad, dan tidak pula bertekad untuk berjihad, maka ia mati pada salah satu cabang kemunafikan.” (HR. Muslim).
Tak ingin dikatakan mati munafik, semua orang yang ditanya tentang keinginannya untuk berjihad, ramai-ramai menjawab ingin berjihad. Tapi pertanyaan selanjutnya, apa yang telah kita persiapkan untuk puncak Islam ini?
Allah SWT berfirman, artinya,
“Dan jika mereka mau berangkat (untuk berjihad), tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu.” (QS. At-Taubah: 46).
Rasulullah Saw memiliki sembilan buah pedang, tujuh baju baja, enam tameng—pesan moral; Islam tidak mengajarkan ilmu kebal—
Subhanallah! Seorang nabi akhir zaman, kekasih Allah, merasa perlu melakukan persiapan sematang itu? Dengan doa dan kedekatannya kepada Allah SWT beliau mampu menyelamatkan diri dari musuh-musuhnya, namun beliau ingin mengajarkan kepada kita pentingnya i’dad (persiapan).
Lakukanlah persiapan untuk menggetarkan musuh-musuh Allah. Dan semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang tidak layak menjalankan perintah Allah yang penuh berkah ini disebabkan keengganan kita melakukan persiapan. Allah SWT berfirman dalam kelanjutan ayat di atas, artinya,
“…Tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka (untuk berjihad), maka Allah melemahkan keinginan mereka. Dan dikatakan kepada mereka, “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.” (QS. At-Taubah: 46).
(Al Fikrah No.14 Tahun X/29 Rabi’ul Akhir 1430 H)
*)dari berbagai sumber
disampaikan oleh Arif Sulfiantono untuk NGOPI, kajian rutin tiap Ahad malam di masjid Baiturachim Patangpuluhan, Yogyakarta www.masjidbaiturachim40an.com