Masjidku Bersih Bersama Tim Love Masjid
Masjidku Bersih Bersama Tim Love Masjid — Membersihkan masjid merupakan aktivitas rutin Muslimin di tanah air menjelang Ramadan. Tujuannya masjid terasa bersih dan nyaman selama ibadah shaum di bulan suci tersebut.
Remaja Masjid Baiturachim (Risma) Patangpuluhan, Yogyakarta menjadi bagian dari komunitas pencinta masjid, yang ikut menyongsong Ramadan 2016 Masehi/1437 Hijriyah dengan membersihkan masjid dan lingkungannya pada Ahad, 1 Mei 2016.
Masjidku Bersih Ibadah Jadi Tetap Jernih!
Dibantu oleh “Tim Love Masjid” Yogyakarta, sebuah organisasi nirlaba yang bergerak khusus perawatan masjid, para remaja masjid menyikat habis semua kotoran di setiap jengkal serambi dan ruang utama masjid.
Selain itu, mereka menata ulang beberapa perangkat di dalam masjid seperti lemari buku, perangkat pengajian anak-anak.
Ekspresi antusias para remaja tersebut tidak bisa lepas dari dukungan “Tim Love Masjid” Yogyakarta, yang dipandu Bejo dan Didik beserta tiga kru lainnya.
Mereka hadir di masjid dengan kendaraan khusus operasional tim, dipersenjatai dengan perangkat kebersihan otomatis maupun manual beserta aneka pembersih lantai seperti cairan deterjen/kimia.
Tim Bersih Masjid Gratis
Risma Baiturachim yang dimotori Arif Sulfi, Agus, Taufik, menyambut dengan suka cita “Tim Love Masjid”. “Tim pencinta masjid hadir untuk melaksanakan secara total bersih-bersih masjid.
Sebagai tuan rumah, kita tidak boleh tinggal diam, menonton mereka, kita dibantu mereka, maka kita juga harus turun tanggan, ikut membantu membersihkan,” kata Arif Sulfi.
Dia terkesan, membersihkan masjid secara gotong royong terasa menyenangkan. Apalagi beberapa peralatan yang dibawa Tim Love Masjid relatif baru dan canggih, kita jadi semangat.”
Sesuai statusnya sebagai organisasi sosial “Tim Love Masjid”, kegiatan mereka membersihkan dan mengharumkan masjid tanpa biaya. Identitas mereka dipertegas di topi koodinator, Bejo, “Kami tidak dibayar, cukup Allah saja”. Mereka hanya bersedia untuk makan bersama dengan Risma, selebihnya tidak ada.
Menurut Bejo, aktivitas sosia ini sangat peka. Jika dibayar, para sukarelawannya justru terlibat konflik. Kasus “Tim Love Masjid” di Surabaya, mereka mendapat dana infaq suatu perusahaan, karena terjadi perbedaan pandangan dalam menyikapi bantuan itu, organisasi mereka akhirnya bubar. “Kami tidak ingin kasus Surabaya terjadi di Yogyakarta,” kata Bejo.***